Hari itu, 11 April 1995, ibuku yang tengah mengandungku selama 9 bulan, akhirnya harus merasakan sakit yang teramat sangat sebagai seorang wanita untuk yang pertama kalinya. Semua orang panik, kakek, nenek, tante, om bahkan tetangga ikut kebingungan mencari bantuan. Hingga pada akhirnya kakek dan nenek sepakat untuk membawa ibuku ke rumah sakit (*****) di Bogor. Sesampainya di depan RS, kejadian naas menimpa ibuku dan nenekku. Karena panik dan terburu-buru, tanpa disadari mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak ibu dan nenekku yang kala itu sedang menyebrang jalan untuk masuk ke gerbang RS. Nenekku menjadi satu-satunya korban tewas dalam kecelakaan maut itu. Untunglah, tuhan masih berbaik hati pada ibuku yang saat itu hendak melahirkan aku. Setelah tertabrak, ibuku tak sadarkan diri untuk beberapa jam.
Hingga pada akhirnya, tanggal 12 April 1995 aku dilahirkan tanpa nyawa (meninggal). Akupun lahir tanpa suara tangisan layaknya bayi pada umumnya karena pada waktu itu aku dalam keadaan tak bernyawa. Hal ini membuat ibuku sedih dan kecewa. Dokter yang mengetahui dan menangani proses bersalin pun segera melakukan tindakan. Entah apa yang dokter itu lakukan padaku, tapi yang jelas pagi itu tuhan telah menurunkan mukjizatNya dan meniupkan nyawa kembali ke jasadku sehingga aku hidup kembali untuk menemani ibuku yang kala itu tidak tahu bahwa nenek telah meninggal dunia akibat kecelakaan.
Hampir 7 hari ibuku berada di dalam rumah sakit tanpa ada yang menjenguk. Teman, saudara, bahkan tetangga, tak ada satupun yang menampakkan wajahnya di RS, karena ayahku telah menghimbau semua orang yang ingin menjenguk ibukku untuk tidak menjenguk dan memberi tahu ibuku tentang kematian nenek, karena takut jika ibuku akan sangat sedih dan terpukul atas kejadian ini.
Ibuku mulai curiga ketika hampir 7 hari tidak ada yang menjenguknya di RS kecuali ayahku. Hal ini pula yang membuatnya berencana untuk kabur dari RS. Hingga pada akhirnya, setelah lewat dari 7 hari paska nenek meninggal, ibuku pun dijemput pulang oleh saudaraku. Sesampainya di rumah, bude ku mencoba memberanikan diri menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kenapa tak ada yang menjenguk ibuku di RS. Ibuku pun “shock” setelah mendengarnya. Ibuku pun mengungkapkan betapa menyesalnya ia karena tidak bisa melihat sosok wanita yang sangat disayanginya untuk yang terakhir kalinya, “ibu” baginya dan “nenek” bagiku.
(Bersambung ...)